Agama seseorang tergantung dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian memerhatikan, siapa yang dia jadikan teman dekatnya." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Artinyabaik buruknya agama seseorang benar-benar tergantung dari teman dekatnya. Menurut Islam, teman sejati adalah mereka yang mampu menjadikan ikatan perkawanan untuk saling mendorong ke arah ketakwaan. Seoranglaki-laki di atas agama sahabat dekatnya, maka hendaknya seseorang di antara kalian melihat kepada siapa dia bersahabat. tergantung keadaan sahabat dekatnya. Jika sahabatnya itu shalih, maka dia akan terkena imbas baiknya pada kehidupan dan kepribadiannya, begitu juga sebaliknya. yaitu hendaknya jangan memilih teman dekat Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat." Terinspirasi oleh statusnya Ust. Wira Mandiri Bachrun . I may or may not be a likable guy—that’s not something I can judge without bias—but I know plenty of people in my life who are likable. I also know plenty who aren’t. Unsurprisingly, the likable ones share a lot of common traits even though their personalities may be completely different from each other. What do I mean by “likable”? I don’t just mean someone who’s kind, generous, and good at heart. I also don’t just mean someone who’s charismatic, personable, and full of confidence. There are many who fall into these categories that are fine people, but not people who I’d consider “easy company”—the type of people who are effortless to hang out with, the type of people you look forward to hanging out with because it’s guaranteed to be a good time. Here are some of the common traits I’ve noticed in “easy company” people, which you may want to incorporate into your own life if you want to be the kind of person who others enjoy being around. 1. Listen and Pay Attention People like it when others show genuine interest in who they are, and the easiest way to do this is to actively listen when they speak. There are many facets to this let them speak their thoughts freely with interruption, show that you’re listening by responding to what they said instead of moving onto your own thoughts, and actually remember what they say instead of storing it in your brain only for the duration of the conversation. You’d be surprised how touching it can be when someone else recalls a small thing you thought nobody paid attention to. 2. Build Others Up, Even at Your Expense “At your expense” can mean many things. Most people like being treated to things, but do it too often and they might start to get uncomfortable as they feel more and more indebted to you. Try not to buy people in this way—consider spending your time, energy, and thoughts instead. People always appreciate it when you want the best for them and show it via your actions. Remember, it’s not just about giving them things; it’s about genuinely caring for their well-being and success. 3. Own Up to Your Mistakes When someone admits and takes responsibility for a mistake they’ve made, it shows a lot of maturity, character, and security—and we’re all naturally drawn to those kinds of people. It’s surprisingly easy to respect someone who owns up to their failures, because we all make mistakes and it’s one of the few things that we can all relate to. Indeed, we hate it when people don’t do this, and if you find yourself shirking responsibility often, it may be a sign that you need to grow up. 4. Find the Humor in Tough Situations Think about how you feel about someone who freaks out over the littlest things and is constantly anxious in their circumstances. Not easy to be around, right? On the other hand, there are those who can recognize when something is going wrong, but instead of freaking out about it, they go with the flow and do what they can to get through it. They’re the kind of people who help you feel calmer when anxiety strikes, and we gravitate toward that kind of people. I’m not advocating for stoicism or emotional deadness. There are times when it’s healthy to let anxiety, stress, fear, and pain run their course in not-so-calm ways. But if you can find the humor in tough situations, that can go a long way toward being someone people like to be around. For example, if you get a flat tire on a road trip, poking fun at the situation is more “enjoyable” than having a mental breakdown. At the same time, it’s important that you find the humor in these situations rather than trying to create humor. You don’t need to be a comedian. 5. Be Understanding and Slow to Judge You have opinions, and you’ll inevitably run into others who hold opposing opinions. One of the most likable traits you can have is the ability to coexist peacefully with those who adhere to a different lifestyle, live by a different paradigm, and find joy in different things. No one likes having to defend themselves against someone else’s critical eye, especially if you’re just an acquaintance or stranger. If you can be understanding and slow to judge, people will naturally feel more comfortable around you. 6. Open Up and Embrace Vulnerability You probably know this already, but it’s very difficult to build relationships with people who are closed off, guarded, and afraid of letting others know their true selves. I used to be like this, and I empathize completely with those who are. But I’ll also be the first to say that intentional vulnerability has done more for the health of my relationships than nearly anything else. But beware! There’s a fine line between vulnerability and self-pity. Self-pity is when you force your weaknesses and insecurities on others and constantly try to put the spotlight on how insufficient you are. That kind of behavior will repel even the most patient of saints. Vulnerability is being honest about who you are, opening up when people want to know about you, and not putting up a wall out of fear of rejection. Vulnerability is hard—you are, after all, making yourself vulnerable. There’s always a risk of being hurt when you expose yourself in this way. But being willing to open up about yourself is one of the things that will convince those around you that it’s safe to open up about themselves to you, and people like that. 7. Stay True to Your Word You and your word must be one. What you say must match what you do. People may not agree with what you say and do, but they’ll certainly respect you for being true and authentic. Duplicitous people who say one thing but do another may be likable for a time, but once the true surfaces, they lose whatever they’ve managed to hold onto. Integrity is one of the keys to being likable. Learn more about signs that you have real integrity. Subscribe to our newsletter! Get the best of ModernRatio delivered right to your inbox! Joel LeeJoel is editor in chief at Modern Ratio. He contributes the occasional article and manages the overall vision of the site. He holds a in Computer Science and is based in Pennsylvania. Memilih Teman dalam Bergaul Sebelumnya telah dikemukakan sebuah hadits yang diriwayatkan secara marfu’ dari Abu Hurairah radhiAllahu Anhu, “Seseorang itu tergantung agama teman dekatnya,maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa berteman.” Maknanya, bahwa seseorang itu tegantung kebiasaan temanya, tingkah laku dan juga gaya hidupnya, maka hendaklah ia memperhatikan dan meneliti dengan siapa ia yang agama dan akhlaknya diridhai maka hendakia berteman denganya, dan jika tidak maka hendaklah ia menjauhinya, karena tabi’ at itu adalah sesuatu yang di curi diambil dari orang yang di sebutkan dalam kitab Anul Ma’bud. Abu Sa’id al-Khuduri radhiAllahu Anhu, meriyatkan bahwa nabi bersabda عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال لاَ تُصَاحِب إِلاَّ مُؤْمِنًا، وَلاَ يَأْكُل طَعَامَكَ إِلاَّ تَقِي “Janganlah kalian berteman kecuali dengan orang yang beriman, dan jangan ada orang yang makan makananmu kecuali orang yang bertaqwa. Larangan bersahabat mencakup larangan bersahabat dengan pelaku dosa besar dan orang yang suka berbuat dosa, karena mereka melakukan apa yang Allah dengan mereka akan mendatangkan kemudharatan pada lagi larangan bersahabat dengan orang-orang munafik, maka larangan ini lebih diutamakan. Sabda nabi, “dan jangan ada orang yang makan makananmu kecuali orang yang bertakwa .” Al-Khathtabi berkata, “Larangan ini berlaku pada makanan undangan, bukan makanan karena kebutuhan, karena Allah Subhanahu wata’ala berfirman وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin,anak yatim dan orang yang ditawan.”Al-Insan 8 Telah diketahui bahwa diantar para tawanan ad orang kafir yang tidak beriman dan tidak saja nabi mmermberi peringatan agar tidak berteman bersam orang yang tidak bertakwa dan melarang bercampur baur dan memberi kepadanya, karena memberi makanan akan membutuhkan kelembutan dan kasih saying dalam hati. Teman dekat dan Teman duduk yang berakhlak jelek menimbulkan bahaya yang nyata dan tidak bisa di hindari, bagaiman pun cara menjaganya, berdasarakan nash dari sabda nabi Abu Musa al-Asy’ ari radhiAllahu Anhu meriwayatkan bahwa Rasullulah bersabda مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَه “Permisalan Teman duduk yang shalih dan yang akhlakny buruk bagaikan penjual minyak wangi dan pandai penjual minyak wangi, bisa jadi ia memberi minyak wangi, ata engkau membelinya darinya, atau engkau mendapatkan bau yang wangi pandai besi, bisa jadi ia membakar pakaianmu atau engkau mendapat bau yang tidak sedap.” HR. Bukhori Dinukil oleh Helmi Nabil Alim Kelas 9A - dari Buku Kumpulan adab islami Dalam pertemanan kadang kita menganggap seorang teman itu menjadi dekat karena sudah lama kenal dengannya. Namun, belum tentu teman kita menganggapnya sama, mungkin dia tidak merasa kita sudah benar-benar dekat dengannya. Hal itu pun membuat kamu jadi kecewa. Nah, tapi ada tanda-tandan kalau dia benar-benar teman dekat kamu atau tidak. Berikut adalah 5 tanda seseorang tidak menganggap kamu sebagai teman dekatnya. 1. Tidak pernah cerita tentang pribadinya Kalau dia memang teman dekat kamu, pasti akan menceritakan apa saja hal-hal pribadinya walaupun itu bukan cuma masalah. Sedangkan kamu mungkin sering bercerita kepadanya urusan pribadimu ataupun persoalan cinta. Berarti dia memang bukan teman dekatmu. 2. Tidak tahu tentang dirimu Seorang teman dekat itu pasti tahu apa yang kita suka atau enggak, karena memang dia sering melihat dan mengamati kita setiap waktu. Misalnya, dia tahu apa makanan favorit sampai film kesukaan kita. Namun, kalau dia tidak tahu tentang dirimu itu, maka dia bukanlah teman dekatmu yang memang tidak mencari tahu siapa dirimu lebih lanjut. 3. Tidak pernah jalan denganmu Teman dekat itu pasti sering dong jalan kemana-mana hanya berdua saja. Contohnya, seperti sering nongkrong bersama, ke mall, atau nonton film. Tapi kalau kamu selama ini berteman dengannya dan tidak pernah menghabiskan waktu bersama, jangan dulu anggapnya sebagai teman dekat kamu. 4. Berbicara dengan bahasa formal atau kaku Kamu juga bisa mengetahui seseorang itu teman dekatmu dari gaya bicaranya. Biasanya seorang teman dekat itu saat ngobrol denganmu menggunakan bahasa yang santai, ringan, dan juga ada humornya. Begitu juga sebaliknya, dia yang tidak menilai kamu sebagai teman dekatnya cenderung berbicara dengan bahasa yang formal. Jika kamu tahu dia memang bukan teman dekatmu, lebih baik jangan lagi mencoba dekat dengannya. Karena nanti kamu akan selalu merasa dijauhi. 5. Tidak memberitahu kamu saat ada masalah Ketika dia ada sebuah masalah, tapi kamu orang yang terlambat tahu akan hal itu. Bahkan, kamu tahunya dia mendapat masalah itu dari orang lain. Kalau dia memang teman dekatmu, seharusnya kamu adalah orang pertama yang dia cari untuk curhat denganmu. Nah, itulah 5 tanda seseorang tidak menganggap kamu sebagai teman. Penting untuk mengetahui dia adalah teman dekatmu atau tidak. Karena jangan sampai selama ini kamu sudah menganggapnya sebagai teman dekat, padahal dia tidak menganggapnya demikian. Dari Abu Musa Al-Asy’ariy radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabdaمَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة “Permisalan teman duduk yang shalih dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberimu minyak wangi, atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapat bau harum darinya. Adapun tukang pandai besi, bisa jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau yang tidak sedap darinya.” HR. Bukhari No. 2101, Muslim No. 2628Wahai saudariku, demikianlah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan petunjuk kepada kita agar senantiasa memilih teman-teman yang shalih dan waspada dari teman-teman yang buruk. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan contoh dengan dua permisalan ini dalam rangka menjelaskan bahwa seorang teman yang shalih akan memberikan manfaat bagi kita di setiap saat kita bersamanya. Sebagaimana penjual minyak wangi yang akan memberikan manfaat bagi kita, berupa pemberian minyak wangi, atau minimal jika kita duduk bersamanya, kita akan mencium bau Berteman dengan Orang yang ShalihBerteman dengan teman yang shalih, duduk-duduk bersamanya, bergaul dengannya, mempunyai keutamaan yang lebih banyak dari pada keutamaan duduk dengan penjual minyak wangi. Karena duduk dengan orang shalih bisa jadi dia akan mengajari kita sesuatu yang bermanfaat untuk agama dan dunia kita serta memberikan nashihat-nashihat yang bermanfaat bagi kita. Atau dia akan memberikan peringatan kepada kita agar menghindari perkara-perkara yang membahayakan yang shalih senantiasa mendorong kita untuk melakukan ketaatan kepada Allah, berbakti kepada orang tua, menyambung tali silaturrahim, dan mengajak kita untuk senantiasa berakhlak mulia, baik dengan perkataannya, perbuatannya, ataupun dengan sikapnya. Sesungguhnya seseorang akan mengikuti sahabat atau teman duduknya, dalam hal tabiat dan perilaku. Keduanya saling terikat satu sama lain dalam kebaikan ataupun yang sebaliknya. Bahjah Quluubil Abrar, 119Jika kita tidak mendapat manfaat di atas, minimal masih ada manfaat yang bisa kita peroleh ketika berteman dengan orang yang shalih, yaitu kita akan tercegah dari perbuatan-perbuatan jelek dan maksiat. Teman yang shalih akan selalu menjaga persahabatan, senantiasa mengajak berlomba-lomba dalam kebaikan, berusaha menghilangkan keburukan. Dia juga akan menjaga rahasia kita, baik ketika kita bersamanya maupun tidak. Dia akan memberikan manfaat kepada kita berupa kecintaannya dan doanya pada kita, baik kita masih hidup maupun setelah mati. Bahjatu Quluubil Abrar, 119Wahai saudariku, sungguh manfaat berteman dengan orang yang shalih tidak terhitung banyaknya. Dan begitulah seseorang, akan dinilai sesuai dengan siapakah yang menjadi teman dekatnya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallamالمرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل “Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927Bahaya Teman yang BurukJika berteman dengan orang yang shalih dapat memberikan manfaat yang sangat banyak, maka berteman dengan teman yang buruk memberikan akibat yang sebaliknya. Orang yang bersifat jelek dapat mendatangkan bahaya bagi orang yang berteman dengannya, dapat mendatangkan keburukan bagi orang yang bergaul bersamanya. Sungguh betapa banyak kaum yang hancur karena sebab keburukan-keburukan mereka, dan betapa banyak orang yang mengikuti sahabat-sahabat mereka menuju kehancuran, baik sadar ataupun tidak sadar. Bahjatu Qulubil Abrar, 120Oleh karena itulah, sungguh di antara nikmat Allah yang paling besar bagi seorang hamba yang beriman adalah Allah memberinya taufiq berupa teman yang baik. Sebaliknya, di antara ujian bagi seorang hamba adalah Allah mengujinya dengan teman yang buruk. Bahjah Qulubil Abrar, 120Berteman dengan orang shalih akan memperoleh ilmu yang bermanfaat, akhlak yang utama dan amal yang shalih. Adapun berteman dengan orang yang buruk akan mencegahnya dari hal itu Sampai MenyesalAllah Ta’ala berfirmanوَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا “Dan ingatlah hari ketika itu orang yang dzalim menggigit dua tangannya, seraya berkata “Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku dulu tidak menjadikan sifulan itu teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” QS. Al Furqan 27-29.Sebagaimana yang sudah masyhur di kalangan ulama ahli tafsir, yang dimaksud dengan orang yang dzalim dalam ayat ini adalah Uqbah bin Abi Mu’ith, sedangkan si fulan yang telah menyesatkannya dari petunjuk Al Qur’an adalah Umayyah bin Khalaf atau saudaranya Ubay bin Khalaf. Akan tetapi secara umum, ayat ini juga berlaku bagi setiap orang yang dzalim yang telah memilih mengikuti shahabatnya untuk kembali kepada kekafiran setelah datang kepadanya hidayah Islam. Sampai akhirnya dia mati dalam keadaan kafir sebagaimana yang terjadi pada Uqbah bin Abi Mu’ith. Adhwa’ul Bayan, 6/45Begitulah Allah Ta’ala telah menjelaskan betapa besarnya pengaruh seorang teman dekat bagi seseorang, hingga seseorang dapat kembali kepada kekafiran setelah dia mendapatkan hidayah islam disebabkan pengaruh teman yang buruk. Oleh karena itulah sudah sepantasnya setiap dari kita waspada dari teman-teman yang mempunyai perangai saudariku, ingin ku kutipkan sedikit nashihat yang semoga bermanfaat untukku maupun untuk dirimu. Nashihat ini berasal dari seorang ulama bernama Ibnu Qudamah Al Maqdisiy“Ketahuilah, Sungguh tidaklah pantas seseorang menjadikan semua orang sebagai temannya. Akan tetapi sepantasnya dia memilih orang yang bisa dijadikan sebagai teman, baik dari segi sifatnya, perangainya, ataupun apa saja yang bisa menimbulkan keinginan untuk berteman dengannya. Sifat ataupun perangai tersebut hendaknya sesuai dengan manfaat yang dicari dari hubungan pertemanan. Ada orang yang berteman karena tujuan dunia, seperti karena ingin memanfaatkan harta, kedudukan ataupun hanya sekedar bersenang-senang bersama dan ngobrol bersama, akan tetapi hal ini bukanlah tujuan kita. Ada pula orang yang berteman untuk tujuan agama, dalam hal ini terdapat pula tujuan yang berbeda-beda. Di antara mereka ada yang bertujuan dapat memanfaatkan ilmu dan amalnya, ada pula yang ingin mengambil manfaat dari hartanya, dengan tercukupinya kebutuhan ketika berada dalam kesempitan. Secara umum, kesimpulan orang yang bisa dijadikan sebagai teman hendaknya dia mempunyai lima kriteria berikut Berakal cerdas, berakhlak baik, tidak fasiq, bukan ahli bid’ah dan tidak rakus terhadap dunia. Kecerdasan merupakan modal utama. Tidak ada kebaikan berteman dengan orang yang dungu, karena orang yang dungu terkadang dia ingin menolongmu tapi justru dia malah mencelakakanmu. Akhlak baik, hal ini juga sebuah keharusan. Karena terkadang orang yang cerdas jika ia sedang marah dan emosi dapat dikuasai oleh hawa nafsunya. Maka tidaklah baik berteman dengan orang yang cerdas tapi tidak berakhlak. Sedangkan orang yang fasiq, dia tidaklah mempunyai rasa takut kepada Allah. Dan orang yang tidak mempunyai rasa takut kepada Allah, kamu tidak akan selamat dari tipu dayanya, disamping dia juga tidak dapat dipercaya. Adapun ahli bid’ah, dikhawatirkan dia akan mempengaruhimu dengan jeleknya kebid’ahannya. Mukhtashor Minhajul Qashidin, 2/ 36-37Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat untukku dan untukmu saudariku…Amiin …*** Penyusun Latifah Ummu Zaid Murajaah Ustadz Ammi Nur BaitsRujukanBahjatu Qulubil Abrar, syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy, Maktabah Al Imam Al Wadi’iy, Shan’aaAdhwa’ul Bayan, Muhammad Al Amin Asy-Syinqithi, Darul-Fikr lith-thoba’ah wan-nasyr wat-tauzi’, Beirut Maktabah Asy-SyamilahMukhtashor minhajul Qashidin, Ibnu Qudamah Al Maqdisiy. Maktabah Asy-Syamilah

seseorang tergantung teman dekatnya